UNAIR NEWS – Reputasi Universitas Airlangga sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), yang sekaligus meraih kepercayaan pemerintah untuk menjadi world class university (WCU), kembali meraih pengakuan. Kali ini, UNAIR berhasil lolos seleksi sebagai perguruan tinggi (PT) pembina 2018, dan akan membina enam perguruan tinggi (PT).

Enam PT yang akan diasuh UNAIR itu adalah Stikom PGRI Banyuwangi; Akademi Kesehatan Rustida, Krikilan, Banyuwangi; Universitas Islam Majapahit Mojokerto; Institut Ilmu Kesehatan (IIK) ‘Bhakti Wiyata’ Kediri, STIE ’Al-Anwar’ Mojokerto, dan Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur. Dari keenam PT tersebut telah memenuhi syarat pembinaan yakni minimal terdapat 20 program studi dengan statuta terakreditasi C BAN (Badan Akreditasi Nasional) PT.

”Syaratnya dari PT yang dibina itu minimal tercover 20 prodi yang akreditasinya C untuk dibina dengan melakukan semacam klinik yang mengarah pada penguatan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internasional) dan peningkatan akreditasi prodi menjadi B dan seterusnya,” kata Helmy Yusuf, S.Si., M.Sc., Ph.D., Sekretaris Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Airlangga kepada unair.news, di kantornya, Kamis (12/4).

Penandatanganan perjanjian kontrak dengan Belmawa Dikti itu dilaksanakan di Yogyakarta, 6-7 April 2018 kemarin, yang ditandatangani pimpinan universitas yang diwakili sekretaris BPM UNAIR, sekaligus BPM sebagai pelaksana teknis. Program ini ditujukan kepada PT unggul untuk melaksanakan pendampingan implementasi SPMI kepada PT lain (PTS) yang terakreditasi C.

Seperti diketahui, di Indonesia terdapat sekitar 65-an PT berkualifikasi unggul, yaitu antara lain syaratnya sudah terakreditasi A BAN PT. Dari 65-an PT unggul itu, 36 PT mengajukan diri dalam Program Asuh PT Unggul Dirjen Belmawa. Tetapi yang diterima 29 PT sesuai kuota (slot)  Program Asuh PT Unggul tahun ini. Satu diantaranya adalah Universitas Airlangga.

Bagi Dirjen Belmawa Dikti, program Asuh PT Unggul ini merupakan tahun kedua setelah diawali pada tahun 2017 lalu. Tetapi bagi UNAIR, ini baru kesertaan yang pertama, karena pada tahun 2017 tidak ikut mendaftar.

”Yang terpenting disini adalah rekognisi UNAIR dalam sharing positif tingkat nasional. Katakanlah ini keperdulian kita sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mensukseskan program pemerintah. Bahkan ada beberapa PT yang terang-terangan ingin dibina UNAIR. Ya sebenarnya bisa-bisa saja membina sampai 40 prodi, tetapi kita batasi agar lebih fokus dan maksimal,” kata Helmy, yang dalam hal ini sebagai penanggungjawab teknis di UNAIR.

Suatu hal positif dari pertemuan di Jogyakarta, UNAIR memperoleh apresiasi karena sudah menerapkan manajemen yang terintegrasi dengan teknologi informasi, yaitu AIMS (Airlangga Intergrated Manajemen System). Hal ini mengingat dari 29 PT pengasuh itu belum semua terintegrasi dengan sistem TI atau masih konvensional. Yang jelas, diantara 29 PT pengasuh itu juga terdapat beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) maju.

Kepada keenam PTS binaan tersebut, Tim Asuh UNAIR yang terdiri dari tim BPM dan asesor internal di UNAIR, akan memberikan pendampingan implementasi SPMI. Sebagai langkah awal, perwakilan enam PT akan diundang ke UNAIR dulu untuk berkoordinasi. Setelah itu disiapkan rangkaian kegiatan yang harus diikuti, baik lokakarya, seminar, program magang, dan visitasi lainnya sampai dengan sekitar November.

Program Asuh PT Unggul ini sudah bisa dimulai sejak ditandatangani kontrak, bahkan ada beberapa PT pengasuh siap memberikan talangan dana operasional, sehingga bisa bekerja lebih awal dalam rangka menggenjot rekognisinya. Selain itu output program ini, pada tahun 2018 ini lebih berat, karena prodi yang terakreditasi C itu nanti harus juga siap melakukan reakreditasi melalui aplikasi SAPTO (Sistem Akreditasi PT Online) BAN PT. (*)

Penulis: Bambang Bes

16 April 2018